Sejarah Singkat Desa Nawang Baru

1755771605040.jpg

Desa Nawang Baru merupakan hasil pemekaran Desa induk ibukota Kecamatan yang berasal dari Desa Long Nawang pada Tahun 1952 yang letaknya 2 km dari ibukota Kecamatan Kayan Hulu. Desa ini memiliki latar belakang dan karakteristik yang sama karena berasal dari ras dan suku yang sama dengan masyarakat Long Nawang, dimana hampir sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dengan bercocok tanam atau berladang karena letaknya yang jauh dari pusat perkotaan. Desa ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Malinau yang sebelum pemekaran tergabung dalam wilayah Kabupaten Bulungan. Desa ini memiliki keunikan tersendiri karena terletak didaerah perbatasan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia bagian Serawak. Desa ini berada didaerah tropis dan memiliki kondisi alam pegunungan dan perbukitan yang dialiri sebuah sungai yang disebut “ SUNGAI NAWANG”. Sungai inilah yang menjadi sarana utama bagi sebagian penduduk sebagai arus lalu lintas transportasi air dalam menjalankan aktifitas perekonomian masyarakat setempat serta menjadi salah satu sarana penghubung untuk menjangkau desa-desa yang berdekatan. Dalam kehidupan masyarakatnya sendiri sebagian besar hidup sebagai petani, sedangkan sebagianya memilih mencari pekerjaan kemalaysia sebagai tenaga kerja indonesia (TKI) ilegal. Pekerjaan ini dipilih masyarakat setempat sebagai pekerjaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Apalagi minat masyarakat untuk berkebun sangat kurang menginggat pendistribusian hasil kebun itu sendiri sulit untuk dijual keluar, karena kondisi jalan darat menuju perkotaan (samarinda) sangat rawan dan bersresiko, belum memadai masih lumpur dan jembatan terputus, sehingga alternatip akses menuju ibukota hanya bisa tempuh dengan pesawat udara sehingga hasil perkebunan itu jadi sia sia. Jika ditinjau dari segi ekonomi, otomatis berdampak buruk bagi kelangsungan kehidupan masyarakat Desa Nawang Baru. Karena kesulitan memasarkan hasil perkebunanya ke daerah perkotaan yang disebabkan ongkos angkut lebih mahal dari pada nilai jual barang itu sendiri.

     Dari segi kehidupan sosial, masyarakat desa nawang baru masih terikat dengan aturan adat istiadat yang di pegang secara turun temurun dan masih kental dengan semangat gotong royong yang tinggi, atau lebih dikenal dengan istilah ‘SEMUYUN’ (kerjasama) tradisi yang bersifat sosial ini pula banyak sekali membantu masyarakat untuk saling bahu membahu dalam menhadapi kesulitan ekonomi saat ini, sebagai desa yang berdekatan dengan ibukota kecamatan masyarakat melalui pemerintahan desa, selalu memberikan usulan kepada pihak terkait melalui Musrenbang untuk dapat kiranya membangun dan meningkatan akses jalan darat antara permukiman penduduk, antara desa-desa di kecamatan kayan hulu, dan jalan akses transportasi darat menuju long bagun (Mahkam Hulu) dan samarinda sebagai jalan alternatif penunjang Ekonomi, Pendidikan, kesehatan, dan sebagai akses transportasi angkutan Sembako, bahan bangunan dan angkutan hasil kebun petani untuk di pasarkan atau dijual , bahkan akses kebutuhan lainnya seperti arus mudik, arus balik anak sekolah dan masyarakat yang berobat ke kota, dan sebagai akses alternatif pemulangan jenaza masyarakat yang meninggal di kota karena menggunakan tarip Cater Via Pesawat terlalu mahal bahkan sampai Rp. 120.000.000,- persatu ret pulang pergi, maka dari pada itu Pembangunan dan Peningkatan Jalan baik di dalam Desa maupun yang menuju ke kota sangatlah mendasar sebagai kebutuhan mendesak masyarakat Desa Nawang Baru.

Bagikan post ini: