
Sejarah Singkat Desa Nawang Baru

Desa Nawang Baru merupakan
hasil pemekaran Desa induk ibukota Kecamatan yang berasal dari Desa Long Nawang
pada Tahun 1952 yang letaknya 2 km dari ibukota Kecamatan Kayan Hulu. Desa ini
memiliki latar belakang dan karakteristik yang sama karena berasal dari ras dan
suku yang sama dengan masyarakat Long Nawang, dimana hampir sebagian besar
penduduknya menggantungkan hidup dengan bercocok tanam atau berladang karena
letaknya yang jauh dari pusat perkotaan. Desa ini termasuk dalam wilayah
Kabupaten Malinau yang sebelum pemekaran tergabung dalam wilayah Kabupaten
Bulungan. Desa ini memiliki keunikan tersendiri karena terletak didaerah
perbatasan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia bagian
Serawak. Desa ini berada didaerah tropis dan memiliki kondisi alam pegunungan
dan perbukitan yang dialiri sebuah sungai yang disebut “ SUNGAI NAWANG”. Sungai
inilah yang menjadi sarana utama bagi sebagian penduduk sebagai arus lalu
lintas transportasi air dalam menjalankan aktifitas perekonomian masyarakat
setempat serta menjadi salah satu sarana penghubung untuk menjangkau desa-desa
yang berdekatan. Dalam kehidupan masyarakatnya sendiri sebagian besar hidup
sebagai petani, sedangkan sebagianya memilih mencari pekerjaan kemalaysia
sebagai tenaga kerja indonesia (TKI) ilegal. Pekerjaan ini dipilih masyarakat
setempat sebagai pekerjaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari
hari. Apalagi minat masyarakat untuk berkebun sangat kurang menginggat
pendistribusian hasil kebun itu sendiri sulit untuk dijual keluar, karena
kondisi jalan darat menuju perkotaan (samarinda) sangat rawan dan bersresiko,
belum memadai masih lumpur dan jembatan terputus, sehingga alternatip akses
menuju ibukota hanya bisa tempuh dengan pesawat udara sehingga hasil perkebunan
itu jadi sia sia. Jika ditinjau dari segi ekonomi, otomatis berdampak buruk
bagi kelangsungan kehidupan masyarakat Desa Nawang Baru. Karena kesulitan
memasarkan hasil perkebunanya ke daerah perkotaan yang disebabkan ongkos angkut
lebih mahal dari pada nilai jual barang itu sendiri.
Dari segi kehidupan sosial, masyarakat desa nawang baru masih
terikat dengan aturan adat istiadat yang di pegang secara turun temurun dan
masih kental dengan semangat gotong royong yang tinggi, atau lebih dikenal
dengan istilah ‘SEMUYUN’ (kerjasama) tradisi yang bersifat sosial ini pula
banyak sekali membantu masyarakat untuk saling bahu membahu dalam menhadapi
kesulitan ekonomi saat ini, sebagai desa yang berdekatan dengan ibukota
kecamatan masyarakat melalui pemerintahan desa, selalu memberikan usulan kepada
pihak terkait melalui Musrenbang untuk dapat kiranya membangun dan meningkatan akses
jalan darat antara permukiman penduduk, antara desa-desa di kecamatan kayan
hulu, dan jalan akses transportasi darat menuju long bagun (Mahkam Hulu) dan
samarinda sebagai jalan alternatif penunjang Ekonomi, Pendidikan, kesehatan,
dan sebagai akses transportasi angkutan Sembako, bahan bangunan dan angkutan
hasil kebun petani untuk di pasarkan atau dijual , bahkan akses kebutuhan
lainnya seperti arus mudik, arus balik anak sekolah dan masyarakat yang berobat
ke kota, dan sebagai akses alternatif pemulangan jenaza masyarakat yang
meninggal di kota karena menggunakan tarip Cater Via Pesawat terlalu mahal
bahkan sampai Rp. 120.000.000,- persatu ret pulang pergi, maka dari pada itu
Pembangunan dan Peningkatan Jalan baik di dalam Desa maupun yang menuju ke kota
sangatlah mendasar sebagai kebutuhan mendesak masyarakat Desa Nawang Baru.
Baca juga:
normalisasi dan perawatan sungai nawang
normalisasi dan perawatan sungai nawang